Tanjungpinang (eska) – Warga di wilayah Tanjungpinang dan Bintan mengeluhkan menurunnya kualitas beras yang beredar di pasaran. Keluhan ini memunculkan kekhawatiran bahwa beras oplosan telah merambah hingga ke tingkat kabupaten.
Sejumlah warga mengaku beras yang mereka konsumsi kini cepat busuk meski tidak basi, warnanya kekuningan, dan aroma khasnya hilang. Bahkan, proses mencuci beras pun butuh waktu lebih lama karena kotorannya sulit hilang.
“Biasanya dua kali cuci sudah bersih, sekarang harus berkali-kali. Warna berasnya juga agak kuning dan saat dimasak cepat busuk,” ujar seorang warga, Senin (14/07/2025).
Edi, warga Bintan lainnya, juga mengalami hal serupa. Ia menyebut beras yang biasa ia beli dulu wangi saat dimasak, namun kini tidak lagi.
“Beras ini dulu wanginya khas, sekarang enggak ada lagi. Saat matang malah cepat berair,” keluhnya.
Warga menduga, kualitas buruk ini disebabkan oleh praktik pengoplosan beras. Beberapa bahkan mencurigai adanya penggunaan beras Bulog yang dikemas ulang dengan merek berbeda.
“Berasnya aromanya kayak beras Bulog, tapi mereknya beda. Kami harap pemerintah segera turun tangan, jangan sampai masyarakat dirugikan terus-terusan,” kata seorang warga lainnya.
Keluhan warga ini diperkuat oleh pernyataan dari Lembaga Perlindungan Konsumen (LPK) Kepri yang meminta dinas terkait segera menyelidiki dugaan peredaran beras oplosan.
“Ini menyangkut bahan pokok yang dikonsumsi masyarakat setiap hari. Jangan sampai konsumen dirugikan karena lemahnya pengawasan,” tegas perwakilan LPK Kepri.
Hingga kini belum ada pernyataan resmi dari instansi terkait mengenai kualitas beras yang beredar. Namun masyarakat berharap ada tindakan tegas agar kasus serupa tidak terus berulang.
Recent Comments