Jakarta (eska) — Center of Economic and Law Studies (CELIOS) resmi mengirim surat ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk meminta audit terhadap Badan Pusat Statistik (BPS) terkait rilis pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II 2025 sebesar 5,12 persen.
Direktur Eksekutif CELIOS, Bhima Yudhistira, mengatakan, CELIOS menemukan fakta yang tak sejalan, di mana Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur justru mengalami kontraksi pada periode yang sama.
Selain itu, pangsa manufaktur terhadap PDB juga turun dari 19,25 persen menjadi 18,67 persen, sinyal deindustrialisasi prematur yang selama ini menghantui ekonomi nasional. Ditambah lagi kata dia, di lapangan, industri padat karya berguguran, dilanda PHK massal dan beban biaya yang semakin mencekik.
“Kami menuntut transparansi. Angka BPS ini tidak mencerminkan realitas di pabrik,
di pasar, dan di dompet para pekerja,” tegas Bhima Yudhistira, dilansir dari laman resmi CELIOS, Senin (11/8/2025).
Direktur Kebijakan Fiskal CELIOS, Media Wahyudi Askar juga mengingatkan bahwa manipulasi atau intervensi politik dalam statistik melanggar Prinsip Dasar Statistik Resmi PBB.
“Data yang direkayasa bukan hanya menyesatkan, tapi bisa menunda stimulus dan perlindungan sosial bagi masyarakat yang rentan,” katanya.
Lebih lanjut, Direktur Ekonomi CELIOS, Nailul Huda, mempertanyakan logika lonjakan pertumbuhan Q2 tanpa faktor pendorong konsumsi besar.
“Ramadan dan Idul Fitri ada di Q1, tapi justru Q2 tumbuh lebih tinggi. Padahal pertumbuhan konsumsi rumah tangga hanya 4,95 persen di Q1, dan keyakinan konsumen terus menurun dari Maret hingga Juni,” ujarnya.
Nailul menambahkan, di tengah klaim pertumbuhan yang “cantik”, CELIOS mengingatkan, jika data ekonomi dibangun di atas ilusi, maka kebijakan publik yang lahir darinya akan rapuh dan rakyat yang menanggung risikonya.
CELIOS kini meminta PBB melakukan audit teknis terhadap metode BPS, mengundang tinjauan sejawat internasional, dan memaksa penerapan standar transparansi global seperti SDDS Plus.
BPS sebelumnya melaporkan ekonomi Indonesia tumbuh 5,12 persen yoy di kuartal II 2025, dengan nilai PDB atas dasar harga berlaku Rp5.947 triliun dan harga konstan Rp3.396,3 triliun. Angka ini melampaui pertumbuhan 5,05 persen pada periode yang sama 2024.
Recent Comments