spot_imgspot_img
BerandaeskaFlashSaatnya Tanjungpinang Mengubah Slogan — Bijak Bertutur, Jujur Bertindak

Saatnya Tanjungpinang Mengubah Slogan — Bijak Bertutur, Jujur Bertindak

Oleh: Angga Adharullah, S.Pd – Guru SMP Negeri 9 Tanjungpinang

Tanjungpinang (eska) – Tanjungpinang dikenal sebagai kota budaya Melayu dengan nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi. Salah satunya tercermin dalam slogan kota: “Jujur Bertutur, Bijak Bertindak.”

Semboyan ini tidak hanya tertulis di bawah lambang resmi pemerintah, tetapi juga dianggap sebagai cermin karakter masyarakat.

Namun, zaman telah berubah. Di tengah dinamika sosial yang makin kompleks dan ruang publik yang semakin terbuka, semboyan tersebut perlu ditinjau ulang. Saya mengusulkan penyusunan ulang yang lebih sesuai dengan realitas hari ini: “Bijak Bertutur, Jujur Bertindak.”

Kenapa perlu diubah? Karena susunan kata bukan sekadar estetika, tapi menunjukkan skala prioritas. Mari kita telaah lebih jauh.

1. Bijak Bertutur: Menjaga Harmoni di Era Bebas Bicara
Di era digital, setiap orang bebas menyuarakan pendapat. Tapi kebebasan ini juga memunculkan risiko baru: kejujuran yang kasar, kritik tanpa empati, hingga ujaran yang menyakiti. Banyak konflik sosial dimulai dari kata-kata yang benar tapi disampaikan tanpa kebijaksanaan.

Di sini pentingnya menempatkan “bijak bertutur” di awal. Ia menekankan perlunya kesadaran dalam berbicara, memilih kata, dan membaca situasi. Terutama di kota seperti Tanjungpinang yang masyarakatnya majemuk, tutur kata menjadi alat utama menjaga harmoni.

2. Jujur Bertindak: Integritas yang Terbukti, Bukan Sekadar Janji
Dalam tindakan, kejujuran harus menjadi pijakan. Di ruang pelayanan publik, dalam bisnis, hingga dalam kehidupan sehari-hari — integritas tidak dinilai dari ucapan, tetapi dari perbuatan.

“Jujur bertindak” bukan sekadar kata-kata, tapi komitmen nyata. Ia menuntut transparansi, akuntabilitas, dan konsistensi antara janji dan aksi. Sebuah prinsip yang makin relevan saat kepercayaan publik terhadap institusi kian diuji.

Baca Juga:  Penumpang Pelantar Kuning Tak Lagi Dijamin Asuransi, Jasa Raharja Imbau Gunakan Pelabuhan Kuala Riau

3. Akar Melayu: Santun dalam Bicara, Amanah dalam Tindak
Dalam budaya Melayu, kesopanan adalah mahkota. Pepatah seperti “terlajak perahu boleh diundur, terlajak kata buruk padahnya” menjadi pengingat bahwa tutur kata bukan hal sepele. Ia bisa membangun, tapi juga bisa menghancurkan.
Sebaliknya, tindakan mencerminkan amanah.

Dalam adat Melayu dan nilai Islam, kejujuran dalam bertindak adalah lambang ketulusan dan tanggung jawab. Maka perubahan urutan dalam slogan ini justru mempertegas kembali akar budaya itu — bukan menghapusnya.

4. Slogan Bukan Pajangan, Tapi Citra dan Janji Kolektif
Slogan daerah bukan ornamen. Ia adalah pernyataan karakter dan janji kolektif kita kepada kota ini. Dengan menyusun “Bijak Bertutur” di depan, kita menekankan pentingnya komunikasi yang etis, santun, dan empatik. Dengan menutupnya dengan “Jujur Bertindak”, kita mempertegas tanggung jawab moral kita dalam aksi nyata.

Usulan perubahan ini bukan soal permainan kata. Ini soal penyelarasan antara nilai-nilai luhur dan tantangan zaman. Kita ingin Tanjungpinang dikenal bukan hanya dari sejarah dan budayanya, tetapi dari karakternya sebagai kota yang santun dalam
komunikasi dan jujur dalam tindakan.

Dengan semboyan baru ini, kita mengukuhkan identitas sebagai masyarakat yang dewasa secara sosial, kuat dalam integritas, dan siap menjadi teladan kota berbudaya yang relevan di masa depan.(***)

RELATED ARTICLES

Most Popular

Recent Comments

error: Copyright © seputarkita.co